Minggu, 10 April 2011

MENILIK JAMA’AH ISLAMIYAH INDONESIA

Pasca kekalahan yang diderita Mesir dan bangsa Arab pada tahun 1967 dari imperalis Inggris menjadi sebuah pukulan telak bagi rakyat Mesir. Tidak hanya dalam aspek militer dan perang, akan tetapi kekalahan secara ideologis, politis, sistem dan kepemimpinan. Hal itu menjadi ratapan dan doa-doa bagi rakyat Mesir. Pada awalnya perguruan tingggi didirikan dengan tujuan untuk mengukuhkan paradigma pemisahan antara ilmu pengetahuan dan agama (sekulerisme). Pada saat yang sama, universitas Al-Azhar, para ulama dan mahasiswa berusaha memeranginya untuk melawan kependudukan Inggris dan melawan segala bentuk penjajahan dan pemerintahan yang despotik. Pergerakan mulai dikembangkan di berbagai perguruan tinggi dalam bentuk organisasi mahasiwa yang mengadakan berbagai kegiatan sosial budaya mulai awal 70-an. Jama’ah Islamiyah muncul sejak rezim Marxisme, Nasionalisme, dan Naserisme menguasai berbagai orientasi kegiatan yang dilaksanakan di perguruan tinggi semenjak kekuasaan Gamal Abdu Naser. Sehingga timbul demonstrasi besar-besaran pada tahun 1968.
Era tahun 70-an gerakan-gerakan Islamiyah tidak menunjukkan adanya tanda-tanda hidupnya sebuah gerakan keislaman (Harakah Islamiyyah) hal itu akibat adanya diskriminasi pemerintahan Gamal Abdu Naser kepada para pemuka agama dan aktivis yang menyebabkan sikap opportunis. Dan setelah masa pemerintahannya berakhir di ganti oleh Anwar Sadat, sebagian pemimpin Ikhwanul Muslimin dibebaskan dari penjara yang telah mendekam kurang lebih 20 tahun. Dengan segera Ikwanul Muslimin menjalin hubungan dengan kaum muda khususnya yang ada di perguruan tinggi. Jamaah Islamiyah tidak hanya mengambil dasar-dasar dari para ulama yang berasal dari Ikhwanul Muslimin, tetapi setiap pemikiran yang bebas dan dakwah yang benar untuk kembali kepada Islam. Muktamar yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Republik di universitas al-Azhar dihadiri oleh sepuluh ribu orang mahasiswa/i.
Pergerakan Islam (Harakah Islamiyah), pengeraknya mayoritas kalangan intelektual muda (Mahasiswa). Berawal dari pemerintahan Gamal Abdu Naser yang ingin menguasai ikatan-ikatan Mahasiswa dan memanfaatkanya menjadi terompet bagi ajaranya. Setelah tumbang dan pemerintahan di pegang oleh Anwar Sadat kondisi Mesir mulai bangkit dari sikap apatis rakyatnya.
Jama’ah Islamiyah Indonesia yang dipimpin Ust. Abu Bakar Ba’asyir memiliki kesamaan dalam melawan sikap pemerintah yang dinilai ingin memisahkan antara agama dan negara (sekuler). Jama’ah Islamiyah Indonesia mulai menampakkan dirinya setelah berakhirnya Rezim Orde Baru. Pada saat orde baru berkuasa dikotomi Islam yang mengkutub pada gerakan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama menjadi simbol Islam Modernis dan Tradisionalis. Jika ada gerakan atau kelompok di luar Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama maka akan di cap sebagai Islam sempalan, yang lebih ekstrem lagi di cap sebagai aliran sesat yang dilarang dan harus dibubarkan. Tetapi dari segi struktural Jama’ah Islamiyah Mesir tidak ada kaitannya dengan Jama’ah Islamiyah pimpinan Ust. Abu Bakar Ba’asyir yang berbasis di pesantren Ngruki Jawa Timur.
Jika kita lihat lagi beberapa tragedi akhir-akhir ini, bisa saja hal ini terjadi atas reaksi dari kesemratuan aparatur negara dalam mengelola pemerintahan sehingga jaringan (N. TOP dkk) dianggap tidak menampakkan taring kian melemah dan sudah tidak berdaya berubah menjadi kekuatan yang sangat mengerikan. Bayangkan saja jika bom yang ½ ton meledak ? Presiden incumbent sebelum dilantik tewas, dapat dipastikan Indonesia kembali lagi mengalami krisis multidimensi. Kerusuhan dimana-mana, UU TIPIKOR kian molor sehingga penjahat korupsi kian bebas menari-nari, suhu politik kian memanas pasca pilpres masih banyak gugatan yang belum terselesaikan.
Apa ini yang disebut-sebut sebagai pendewasaan demokrasi ? setiap warga berhak melampiaskan aspirasi jika tidak sesuai dengan hati nurani. Jika melampiaskannya berbentuk kata-kata masih dapat diterima, tetapi jika dengan bom yang berkekuatan dahsayat ? Semua jawaban sudah ada didalam diri kita masing-masing, dan kita tentunya mempunyai pegangan yang cukup kuat bahkan hingga akhir zaman kelak yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Jika semua persoalan kita kembalikan ke 2 sumber tersebut tentunya dengan pemahaman yang lebih komprehensif maka dapat dipastikan akan bermuara kepada Islam Rahmatan Lil ‘Alamin…(12 Agustus 2009. 21:30)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar