Minggu, 10 April 2011

Cinta itu Buta, Tuli dan Bisu (2)

"Abi....., Hakim mau bertanya," (Hakim berkumpul bersama ayahnya sayed Ariff pada malam itu selesai shalat isya berjamaah dirumahnya.)
Syed Ariff mengangkat muka, memandang ke wajah anak lelaki sulungnya itu. Anak yang menjadi penyemangat hidup dan kebanggannya, sejak kematian isterinya 10 tahun yang lalu.
"Apakah dia?" lembut dan tenang suaranya saat berbicara.
"Hakim menunduk malu”. Apakah dia akan mendapat jawaban?
"Abi, Hakim sudah melihat-lihat kebun bunga," Hakim Sambil menelan liur
"Oh…ya? Apa pendapat kamu, Hakim?"
"Taman itu taman yang paling cantik dan tenang yang pernah Hakim lihat. Namun ada pertanyaan yang hingga saat ini belum terpecahkan, apa yang membuat kebun itu bagitu istimewa padahal luarannya sama seperti kebun yang lain," ujar Hakim.
Syed Ariff hanya tersenyum. "Jadi? Apa yang kamu ketahui, Hakim ?"
"Emm…, Hakim sempat bertemu dengan Pak Habib, kemudian bertanya kepadanya, siapa penjaga kebun itu ?."
"Apa jawab Pak Habib?"
"Katanya, orangnya buta, tuli, dan bisu. Apa betul Abi? Dan oleh karena itu dia tak pernah bergaul dengan tetangga."
Syed Ariff tersenyum lagi. "Betul…nak, dia buta, tuli dan bisu,"
Hakim tertegun mendengar jawaban dari ayahnya. "Tapi bagaimana bisa orang seperti itu menjaga kebun, seindah dan sebaik itu kalau betul memang dia buta, tuli dan bisu?" ujarnya lagi, mengeluarkan segala rasa ingin tahu yang menghimpit didalam dada.
Syed Ariff tersenyum kembali, lalu meletakkan tangan kanannya di bahu Hakim.
Hakim pun tersentak sedikit kerana seakan ada sesuatu yang mengalir dari tangan ayahanda tersayang. Rasa kasih sayang seorang ayah.
"Nak..., didalam dunia ini, ada sesuatu hal yang perlu kau cari sendiri jawabannya. Dan bila nanti engkau sudah mendapatkan jawabannya, mungkin kau tak pernah sangka akan memperoleh kebaikan dari situ. Dunia ini dan semua ciptaan-Nya, penuh rahsia. Abi serahkan pada kamu untuk mencari jawaban kepada semua ini. Bila Hakim sudah mendapatkan jawaban, beritahu Abi...."
"Tapi Abi..."
"Ingat Hakim.... Setiap persoalan pasti ada jawabannya dan jawaban itu menjadi lebih indah jika kita mengetahuinya dari usaha kita sendiri...," Syed Ariff bergegas lalu melipat sajadahnya seusai menunaikan shalat Isya. Hakim masih di situ, memikirkan arti kata-kata dari ayahnya.
Hakim berdiri di teras rumahnya yang luas, setapak demi setapak menelusuri ladang halaman depan rumahnya. Sambil memandang ke langit nan cerah yang bertabur bintang, didalam benak pikirannya pertanyaan itu masih belum terjawab. Siapa dia? Siapa dia? si penjaga kebun sebaik itu?
Hakim pun membuang pandangan menatap jauh kedepan. Bagaimana caranya untuk dia mendapatkan jawaban semua itu? Teringat secara tiba-tiba, mungkinkah ini petunjuk dari Allah?. Hakim teringat kebun itu memang menjadi kawasan terlarang di waktu malam. Mungkinkah si penjaga kebun, keluar di waktu malam? Dan untuk menjauhi agar tidak bertemu dengan orang lain, para pengunjung dilarang ke situ saat waktu malam tiba. Mungkinkah? akh...aku akan mencoba kasana untuk mencari jawabannya.
Dia segera mencari kunci motor dan melangkahkan kaki keluar dari rumahnya. Syed Ariff yang sedang membaca koran hanya tersenyum sendiri melihat Hakim yang tergesa-gesa keluar. Syed Ariff menggapai telpon yang berdering pada saat itu, ada seseorang yang menghubunginya. Sebentar...., terdengar nada bicaranya.
"Pak..., Hakim sudah pergi. Segera engkau ikuti dia," ringkas tapi penuh makna.
Hakim menyusuri jalan setapak di ladangnya, tak lama kemudian dia menghampiri tepi jalan yang akan menuntunya hingga sampai kebun. Dia memberhentikan motornya. Melangkah dengan cepat namun berhati-hati, karena banyak bebatuan kerikil yang bercampur tanah. Dari kejauhan, terlihat kebun itu disinari cahaya lampu dari luar dan dalam kelihatan bercahaya. Ketenangan itu meresap kembali.
Jarak dengan kebun semakin dekat. Dan tiba-tiba langkah kakinya terhenti padahal hanya beberapa meter lagi sudah sampai depan dari pintu, terdiam terpaku.Telinganya menangkap suatu alunan yang tidak asing lagi ia dengar dan jantungnya pun berdegup semakin kencang. Hakim semakin terpaku terdiam membisu. Alunan itu sungguh indah begitu meresap ke dalam jiwa.
Bukan alunan lagu terbaru dari radio-radio, tetapi alunan ayat suci Al-Quran yang begitu indah dan menusuk sekali. Suara yang mengalunkannya juga kedengaran begitu tenang dan mendamaikan. Subhannallah....
Seperti tiada gundah dan hidup ini begitu indah. Siapakah dia?
Hakim mengatur langkah kakinya secara perlahan, dia ingin sekali bertemu dengan pemilik suara itu, dan tidak mau mengejutkannya. Hakim melangkah masuk ke taman itu sambil matanya mencoba mencari-cari arah datangnya suara itu. Dia menapak perlahan sehingga matanya tak sengaja melihat seseorang yang berdiri dibalik bunga-bunga Anggerik dan Orkid yang tergantung hanya berjarak 5 meter darinya.
Pandangannya hanya dapat melihat separuh tubuh itu kerana terhalang bunga-bunga yang mengantung menjadi hiasan. Dugaanku adalah seorang perempuan. Alunan itu masih kedengaran dari arahnya. Memang dia yang mengalunkannya. Kali ini alunan itu lebih jelas. Alunan surah An-Nisa'....
Hakim diam sejenak, menghayati bacaan itu. Mengamati tubuh seseorang ysng menggenakan pakaian tertutup dari atas sampai ke bawah. Kelihatannya dia sedang menyiram bunga dengan gayung. Hakim tidak berani mendekat lagi. Hanya menjaga jarak Secara tiba-tiba, gadis itu berputar menghadap persis didepan Hakim. Hakim pun tertegun melihat seraut wajah itu yang tertutup, hanya terlihat sorot mata yang tajam. Mata yang memancar cahayanya, menyilaukan ketenangan.
Namun gadis itu tidak menyedari kehadirannya karena khusyuk memperhatikan tanaman dan bunga-bunga yang ada. Suara itu masih kedengaran walaupun bibir yang mengalunkan tidak kelihatan. Hakim hanya bisa melihat dari kejauhan. Siapa dia?
"Hakim... sedang apa engkau ??? Hakim pun tersentak bukan kepalang kagetnya mendengar suara itu.
Gadis itu yang mendengar suara, begitu tegas lalu mengangkat matanya. Jelas dia terkejut dengan kehadiran Hakim secara-tiba-tiba. Alunan itu terhenti. Hakim memandang ke sebelah arah datangnya suara itu...sebelum akhirnya mengalihkan pandangnya kembali namun gadis itu sudah tiada. Ke mana dia?
"Hakim, kamu sedang apa di sini?" tanya Pak Habib.
Hakim tersipu malu. didalam hatinya ia bergumam. Saya sadar saya tidak bermimpi.
"Kamu cari siapa?" tanya Pak Habib lagi setelah pertanyaanya yang pertama tidak dijawab.
"Perempuan yang ada disini. Pak Habib kenal dia?" tanya Hakim. Matanya masih berusaha mencari-cari ke segenap sudut ruangan, namun tidak juga ditemukan dia sudah menghilang....!!
"Perempuan yang mana?" tanya pak Habib, Hakim pun kembali terdiam.
"Pak Habib... perempuan menyiram tanaman tadi di sebelah sana. Dia pakai cadar, dan membaca surah an-Nisa'...
Akh...Pak Habib tidak dengar ada yang membaca al-Qur’an?".
Pak Habib memandang ke arah yang ditunjukkannya. " Tidak ada seorang pun didalam sini,” Kamu salah dengar ?!,"
Hakim berusaha mengalah sejenak, tidak puas dengan jawaban dari pak habib. Mustahil tidak ada...!!! Huh...bersembunyi kemana...??
"Nak Hakim.., sudah larut malam, kalau mau mencari kembali saja besok pagi,"
Hakim terdiam, tidak tahu apa yang ia ingin ucapkan. Dengan berat hati ku ayunkan kaki ini keluar dari taman itu dengan diikuti Pak Habib yang setia di belakang.
"Pak Habib...,apa benar, pak Habib tidak melihat dan mendengar ada seseorang didalam ?" tanya Hakim, tidak puas hati.
Pak Habib mengerut-ngerutkan dahinya. "Apa yang kamu belum percaya? malam sudah sangat larut, segeralah pulang,"
Hakim hanya menggaruk kepala yang tidak gatal. Dia pulang dengan bersama tekad baru. Besok malam aku akan datang lagi, akan kutemui sipenjaga taman ini.
Keesokan harinya, Hakim keluar lagi pada jam yang sama dengan harapan dia dapat menemui kembali dan berpeluang, dapat berbicara dengan gadis itu. Namun Hakim tidak mengira sudah lebih satu jam dia menanti belum juga bertemu, suara itu tiada lagi kedengaran. Namun Hakim tetap setia menanti sehingga lima malam berturut-turut. Hakim tahu dia sudah jatuh cinta. Di dalam pikirannya terbayang-bayang sepasang mata itu. Di manakah kau? Apakah benar kau bidadari dan aku hanya mampu melihat kau di dalam bayangan sahaja?
Setelah malam yang keenam, Hakim mengalah. Dan memastikan bahwa gadis itu hanya bayangan saja agar akal sehatnya bisa menerima semua kenyataan.
Ke mana perginya dia? Syed Ariff yang memperhatikan gelagat Hakim selama 5 hari itu dan menghampirinya yang sedang mengelamun di atas sofa.
"Hakim, abi perhatikan sedikit resah. Ada masalah dengan pekerjaan?" Syed Ariff mendekati punggung di sisi Hakim.
Hakim melepaskan mulai menceritakan persoalanya yang membuat gelisah. "Abi, Hakim juga tidak tahu harus menceritakannya dari mana."
"Ceritakanlah persoalanya dulu, insyaAllah, abi akan coba coba bantu memberikan solusi jika diperlukan."
Hakim berdehem kecil. Bimbang dengan permintaan ayahnya. "Hakim, melihat seorang perempuan di taman bunga 6 hari yang lalu," ujar Hakim, mengawali pembicaraan dengan malu-malu.
"Perempuan? Di taman bunga kita?"
"Ya abi... Tetapi, hanya sekejap saja. Dia sedang meyiram tanaman kita, sambil mengalunkan surah An-Nisa'. Kalau abi lihat dan mendengar suaranya, Hakim percaya abi pun akan terpesona. Alunannya sangat indah dan tenang, menusuk ke dalam jiwa. Seumur hidup Hakim, Hakim tak pernah dengar alunan seindah itu yang tidak ditujukan kepada pendengaran manusia. Maksud Hakim, alunan dia kedengaran ikhlas dan penuh penghayatan. Dan lagi satu abi, dia menutup seluruh anggota badannya kecuali mata…!!," ujar Hakim dengan serius.
"Oh…ternyata itu, yang sedang kamu pikirkan sekarang ini?"
Hakim terdiam lalu menunduk. "Hakim sudah tidak bertemu dia lagi."
"Kenapa Hakim cari dia?" tanya Syed Ariff, cuba menggali rahsia hati anaknya.
"Saya rasa Hakim jatuh hati pada dia bi...," Hati Hakim terus selalu memikirkannya. Syed Ariff menggelengkan kepalanya.
"Tapi, Hakim pernah bertemu lagi dengannya?. tanya Syed Ariff lagi. Hakim hanya menggelengkan kepala.
"Entahlah abi."
Syed Ariff tersenyum lagi. Dia menepuk lembut bahu Hakim. "Nak…, kadang-kadang, mata kita melihat sesuatu yang hendak kita lihat, telinga kita mendengar apa yang kita hendak dengar dan mulut kita berbicara apa yang kita ingin bicarakan tanpa memikirkan mudharatnya.
Hakikat cinta itu sebenarnya cinta itu buta, tuli dan bisu. Cinta itu buta kerana kita tidak akan pernah tahu siapa dia yang akan memperoleh cinta kita. Cinta itu tuli kerana cinta yang suci tidak mendengar mulut manusia yang rapuh. Cinta itu bisu kerana cinta itu tidak akan pernah terucap oleh perkataan yang sia-sia. Hanya orang yang bercinta merasakannya dan hanya orang yang benar bercinta dan ikhlas bercinta akan merasakannya.
Ayat-ayat cinta yang selalu tertuang di bibir manusia pada hakikatnya hanyalah nafsu semata kerana cinta sebenarnya adalah buta, tuli dan bisu. dalam diri Abi…, cinta sangat sukar ditemui.Nak…, janganlah engkau biarkan perkara memusingkan pemikiranmu. Dunia ini masih luas..."
"Maksud abi?"
"Abi ingin menjodohkan anak perempuan Pak Habib untuk Hakim. Syafiyya namanya. kamu setuju?" ujar Syed Ariff.
Hakim hanya menunduk. Mungkin itulah yang terbaik dari hidup dalam bayangan. "Hakim menuruti keinginan Abi. Mudah-mudahan bermanfaat untuk Abi, bermanfaat juga untuk Hakim," ujarnya tulus.
"Kalau begitu, abi tidak mau berlama-lama lagi. 3 bulan lagi akan kita adakan pesta pernikahan, Hakim akan dinikahkan dengan Syafiyya. Kamu ingin melihat calon jodohmu sebelum menikah?" Hakim tersenyum. Menggeleng.
"Hakim percaya pada abi."
"Tapi dia buta, tuli dan bisu.?" Hakim terdiam.
Cinta itu buta, tuli dan bisu. Mungkin Syafiyya itulah cintanya. Jodoh hanya di tangan Tuhan?
"Hakim menerima dia bukan kerana fisiknya tapi kerana dia Syafiyya. InsyaAllah, jika semuanya kerana Allah, Hakim tidak akan menyesal. Hakim terima dia bagaimanapun keadaannya." ujar Hakim dengan tenang. Syed Ariff mengangguk.
Hakim mengukir senyum tipis. Harapannya Cuma perkanikahan itu kelak dirahmati dan diberkati.
Hakim berdebar kuat. Sekarang, dia akan masuk ke dalam bilik pengantin perempuan untuk upacara pembatalan air sembahyang. Pertama kali dia akan menatap wajah gadis yang sudah sah menjadi isterinya, Syafiyya. Langkah kakinya diatur masuk ke dalam bilik yang terhias indah.
Syafiyya menanti di sisi bilik, berkerudung dengan selendang emas menawan, memandang ke arah Hakim. Dia mendekati, saat inigin membuka selendang itu kelihatan jemarinya agak gementar.
"Assalamualaikum," ucap Hakim meyakinkan hati agar salamnya didengar dan dijawab.
Selendang yang menutupi wajah itu diangkat dan dalam sekejap saling berpandang. Hakim tersentak
Gadis di taman bunga…!
"Waalaikumussalam," tutur seulas bibir itu perlahan namun menusuk. Hakim tergamam. Dia tidak buta, tuli atau bisu! Hakim memandang abi di sebelahnya, yang tersenyum dan mengangguk.
**************

" Nak..., Syafiyya bisu kerana dia tidak pernah berbicara dengan lawan jenis selain selain ayahnya. Dia tuli kerana tidak pernah mendengar kata-kata yang tidak baik. Dan dia buta kerana dia tidak pernah melihat yang tak pantas untuk dipandang di atas muka bumi ini," ujar Pak Habib.
Hakim terdiam, jemarinya menggenggam erat jemari Syafiyya. Pandangan mata saling bertaut.
"Kami memang berniat menjodohkan kamu berdua namun tak disangka Hakim terlebih dahulu bertemu Syafiyya malam itu. Kerana itulah Pak Habib dan abi mengambil keputusan untuk tidak mempekerjakan lagi Syafiyya dan perkawinan pun dipercepat," sambung Syed Ariff pula.
"Jadi dialah sebenarnya penjaga kebun yang buta, tuli dan bisu itu?" ujar Hakim sambil tertawa kecil. Genggaman jari mereka bertambah erat. Syed Ariff dan Pak Habib cuma tersenyum.
Hakim memandang wajah kedua-dua ayahnya. "Abi, ayah Habib, Hakim memang orang yang paling beruntung dan bersyukur kerana dikurniakan isteri dan cinta yang buta, tuli dan bisu.
Doakan kami…, supaya hubungan ini sentiasa dalam rahmatNya," ujar Hakim penuh pengharapan, sambil merenung Syafiyya yang tersenyum manis di sisinya
Dalam diam dia memanjat syukur kerana keikhlasanya mendapatkan seorang isteri yang sempurna. Alhamdulillah...

Jika langit belum menurunkan hujan
Akan kucoba menggantikan hujan dengan air mata
Berharap pelangi menampakkan warna-warni indahnya...
(dja^_^wi)

www.iluvislam.com
oleh : chuck_muslim
editor : dja^_^wi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar